Pelatihan Jurnalistik Dasar
“Melawan Kezaliman Media Sekuler”
Pelatihan jurnalistik ini diadakan
oleh Tabloid Suara Islam yang bekerja sama dengan Komunitas Penulis
Islam atau yang biasa disingkat dengan
KOPI. Bertempat di gedung Suara Islam, jln. Kalibata Tengah 3A, Pancoran,
Jakarta Selatan, para peserta yang berjumlah kurang lebih 30 orang dibakar
semangatnya untuk berda’wah melalui tulisan. “Kita sekarang sedang berada pada
perang opini”, ujar Ummu Hafidz, ketua panitia dan penulis dalam rubrik
keluarga di tabloid Suara Islam.
Acara yang dilaksanakan selama dua
hari, 15-16 November 2014 ini menghadirkan beberapa penulis dan wartawan
senior. Diantaranya, M. Fadhilah Zein (penulis, Eks Produser TV One), Hanibal
Wijayanta (wartawan utama, produser eksekutif ANTV), Shodiq Ramadhan (redaktur
pelaksana suara islam online), Nuim Hidayat (penulis, redaktur senior tabloid
suara islam), dan KH. Muhammad Al Khaththath (pemimpin umum suara islam).
M. Fadhilah Zein menceritakan
banyak hal tentang pengalamannya ketika berada di lapangan. Dia juga banyak
memaparkan tentang bukti-bukti kezaliman yang dilakukan oleh media-media
sekuler terhadap islam. Sehingga harus lahir penulis-penulis islam yang dapat
memerangi kezaliman tersebut. Tetapi penulis islam juga harus pintar dan paham
agama, agar dia bisa mempertanggung jawabkan apa yang ditulisnya itu. “Sebelum
jadi jurnalis, ngaji dulu deh”, terangnya.
Tidak jauh berbeda dengan M.
Fadhilah Zein, pesan yang diberikan oleh KH. Al Khaththath juga berkisar tentang
tanggung jawab dan amanah seorang penulis. “Penulis itu adalah pemimpin.
Pemimpin berarti harus membawa kepada kebenaran”, ujar mantan ketua HTI itu.
Ustadz Nuim Hidayat juga memberikan
banyak ilmu tentang menulis berita yang baik. Mulai dari tata cara menulis lead
dan cara ketika melakukan wawancara. Dia juga memberikan semangat agar para
peserta banyak membaca. Karena dengan banyak baca dapat memberikan inspirasi
dan dapat melihat gaya penulisan orang lain. “Rahasia penulis sukses, harus
banyak baca”, kata redaktur jurnal islamia republika ini.
Dan di hari kedua, dipimpin
langsung oleh Shodiq Ramadhan dan Hanibal Wijayanta, para peserta dituntut
untuk langsung praktek menulis berita dan turun ke lapangan untuk melakukan
wawancara.
Hanibal Wijayanta yang pernah
menjadi wartawan Tempo banyak membagikan kiat-kiat ketika melakukan wawancara. Salah
satu triknya adalah jangan pernah mewawancarai seseorang dengan kepala kosong.
Sehingga sasaran wawancara menjadi kurang pas.
Di sesi terakhir, para peserta dibagi
beberapa kelompok dan di sebar ke beberapa tempat sekitar daerah Kalibata untuk
melakukan wawancara. Ada yang bertugas untuk mewawancarai pedagang kaki lima,
tukang ojek, tukang nisan, dan pedagang durian.
Adapun follow up dari
pelatihan ini adalah para peserta di ajak untuk bergabung dengan Komunitas
Penulis Islam (KOPI). Dengan harapan dengan terbentuknya komunitas ini bisa
merubah ideologi-ideologi bathil. Sebagaimana yang diucapkan Fadhilah
Zein, “Revolusi media tidak akan terjadi di media massa arus utama. Dia lahir
dari pinggir dan dilakukan oleh sekelompok orang yang dianggap tidak ada.”
Terakhir, penutupan saat menjelang
waktu Isya oleh KH. Muhammad Al Khaththath. Kemudian dilanjutkan dengan foto
bersama. (Inni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar