Minggu, 23 November 2014

Pelatihan Jurnalistik Dasar
“Melawan Kezaliman Media Sekuler”

Pelatihan jurnalistik ini diadakan oleh Tabloid Suara Islam yang bekerja sama dengan Komunitas Penulis Islam  atau yang biasa disingkat dengan KOPI. Bertempat di gedung Suara Islam, jln. Kalibata Tengah 3A, Pancoran, Jakarta Selatan, para peserta yang berjumlah kurang lebih 30 orang dibakar semangatnya untuk berda’wah melalui tulisan. “Kita sekarang sedang berada pada perang opini”, ujar Ummu Hafidz, ketua panitia dan penulis dalam rubrik keluarga di tabloid Suara Islam.
Acara yang dilaksanakan selama dua hari, 15-16 November 2014 ini menghadirkan beberapa penulis dan wartawan senior. Diantaranya, M. Fadhilah Zein (penulis, Eks Produser TV One), Hanibal Wijayanta (wartawan utama, produser eksekutif ANTV), Shodiq Ramadhan (redaktur pelaksana suara islam online), Nuim Hidayat (penulis, redaktur senior tabloid suara islam), dan KH. Muhammad Al Khaththath (pemimpin umum suara islam).
M. Fadhilah Zein menceritakan banyak hal tentang pengalamannya ketika berada di lapangan. Dia juga banyak memaparkan tentang bukti-bukti kezaliman yang dilakukan oleh media-media sekuler terhadap islam. Sehingga harus lahir penulis-penulis islam yang dapat memerangi kezaliman tersebut. Tetapi penulis islam juga harus pintar dan paham agama, agar dia bisa mempertanggung jawabkan apa yang ditulisnya itu. “Sebelum jadi jurnalis, ngaji dulu deh”, terangnya.
Tidak jauh berbeda dengan M. Fadhilah Zein, pesan yang diberikan oleh KH. Al Khaththath juga berkisar tentang tanggung jawab dan amanah seorang penulis. “Penulis itu adalah pemimpin. Pemimpin berarti harus membawa kepada kebenaran”, ujar mantan ketua HTI itu.
Ustadz Nuim Hidayat juga memberikan banyak ilmu tentang menulis berita yang baik. Mulai dari tata cara menulis lead dan cara ketika melakukan wawancara. Dia juga memberikan semangat agar para peserta banyak membaca. Karena dengan banyak baca dapat memberikan inspirasi dan dapat melihat gaya penulisan orang lain. “Rahasia penulis sukses, harus banyak baca”, kata redaktur jurnal islamia republika ini.
Dan di hari kedua, dipimpin langsung oleh Shodiq Ramadhan dan Hanibal Wijayanta, para peserta dituntut untuk langsung praktek menulis berita dan turun ke lapangan untuk melakukan wawancara.
Hanibal Wijayanta yang pernah menjadi wartawan Tempo banyak membagikan kiat-kiat ketika melakukan wawancara. Salah satu triknya adalah jangan pernah mewawancarai seseorang dengan kepala kosong. Sehingga sasaran wawancara menjadi kurang pas.
Di sesi terakhir, para peserta dibagi beberapa kelompok dan di sebar ke beberapa tempat sekitar daerah Kalibata untuk melakukan wawancara. Ada yang bertugas untuk mewawancarai pedagang kaki lima, tukang ojek, tukang nisan, dan pedagang durian.
Adapun follow up dari pelatihan ini adalah para peserta di ajak untuk bergabung dengan Komunitas Penulis Islam (KOPI). Dengan harapan dengan terbentuknya komunitas ini bisa merubah ideologi-ideologi bathil. Sebagaimana yang diucapkan Fadhilah Zein, “Revolusi media tidak akan terjadi di media massa arus utama. Dia lahir dari pinggir dan dilakukan oleh sekelompok orang yang dianggap tidak ada.”
Terakhir, penutupan saat menjelang waktu Isya oleh KH. Muhammad Al Khaththath. Kemudian dilanjutkan dengan foto bersama. (Inni)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar